Wednesday, January 9, 2008

Solitude

Sometime somenone wants to be alone, but not to be lonely. Kalimat tadi disampaikan oleh Dea, orang yang baru kukenal di Tobucil saat klub menulis, Senin 7 Januari lalu. Hari itu Windy, Alit dan aku berada di Bandung seharian unutuk bertemu penulis, ilustrator, juga menyinggahi sebuah toko buku yang tadi telah disebutkan. Istilahnya, kami pindah kantor selama satu hari (rumah Barbie Ciganjur berganti restoran You di Bandung). Nah, saat singgah di toko buku itulah sedang berlangsung klub menulis yang dikoordinir Mirna, sobatnya Alit. Tema yang sedang dibahas tentang kesepian. Meski tidak ikut langsung kegiatan mereka, ada beberapa ide tentang kesepian yang mampir di kepala.

Sepertinya seratus persen diamini oleh semua orang bahwa tak seorang pun ingin merasakan kesepian. Seorang Chuck yang terdampar di sebuah pulau kosong aja desperate abis kesepian di sana. Tokoh Chuck dimainkan oleh Tom Hanks di film Cast Away. Untuk mewujudkan teman mengobrolnya, Chuck membuat bola voli pantai menyerupai kepala orang. Tema tentang kesepian juga ada di film I Am Legend yang dibintangi Will Smith. Robert Neville, tokoh utama, sungguh beruntung masih memiliki binatang kesayangannya, anjing, di kota yang sudah tak berpenghuni lagi. Dan ketika anjingnya mati, Robert merasakan kesedihan yang amat besar. Tentunya kesedihan Robert rasanya akan berbeda ketika keadaannya normal—masih memiliki keluarga dan teman-temannya.

Selama kita memiliki tuhan, pasti tidak akan merasa kesepian. Tuhan yang dimaksud tidak berkaitan pada satu agama tertentu. Tapi tuhan yang memiliki fungsi sebagai seseorang yang kita percaya, tempat ngobrol, berbagi perasaan. Seorang teman ada yang suka bicara pada boneka kesayangannya. Sama seperti Chuck yang mencoba berbicara dengan bola voli. Bisa dibilang seorang teman yang tempat kita biasa curhat adalah tuhan.

Rasanya hanya orang dewasa saja yang mendambakan tuhan. Ketika persoalan makin kompleks, mereka mencari tuhan. Sungguh beruntung menjadi anak kecil, yaitu masa ketika semua perhatian tertuju padanya, dan masa ketika imajinasi bebas berpikir tanpa terbelit persoalan. Bagi orang dewasa yang terperangkap waktu dan rutinitas, mereka tidak sempat berimajinasi, membayangkan hal sederhana, seperti udara, air, matahari.

Nama yang kusebutkan di awal, Dea, adalah seorang penulis buku ‘anak’. Setelah ngobrol beberapa saat dengannya, baru sadar kalau aku pernah membaca bukunya. Sungguh menarik tokoh dalam bukunya yang berjudul Salamatahari. Sang tokoh hanya satu, tapi ia tak sendiri. Ia memiliki banyak teman, ada matahari, kereta api, awan, dll. Benar-benar imajinasi anak kecil yang ringan, bebas, dan seperti tak ada masalah tentang kesepian. Ah, mustahil kembali ke masa kanak-kanak. Tapi tak salah berimajinasi bebas. Yah, ciptakan dunia saat kau sendiri, sehingga tak merasa kesepian. Dan tentunya teman yang membuat kita tak merasa kesepian.

4 comments:

GagasMedia said...

namanya juga makhluk sosial Res ...
hehehehehe

Christian Simamora said...

pentol lagi kumat nih sok bijaknya....ckckckckckck!

resita said...

eh,ini bukan sok bijak.tapi that's the real me. 'mahatma re'. hehehe... Mahatma ino lagi sibuk tesis sih,makanya mahatma re bijak sendirian nih ;p

Mikael Dewabrata said...

sita, kok blog lo ga diapdet lagi?
udah juni ni oi.

btw gw male